Nama : Farrel Febrinal R.p
Kelas : 3EB14
Npm : 22212765
1. Definisi Penalaran, Proposisi, Inferensi dan Implikasi
PENALARAN
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu
kesimpulan. Ketika seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut
akan mendapat sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu
kesimpulan masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang
berkendara dan terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita
lakukan?disitulah nalar kita bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa
terhindar dari derasnya hujan dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai
untuk berteduh.
Ciri-ciri penalaran :
1. Adanya suatu pola
berpikir yang secara luas disebut logika.
2. Sifat analitik dari
proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Ada 2 jenis metode dalam menalar yaitu
:
1. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta –
fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif
tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua
pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris,
semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif
ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau
kaedah yang berlaku umum.
Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny.
Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya.
Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya
pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang
masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan
tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh
(kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)
Tujuan penalaran.
Tujuan dari penalaran yang terjadi diatas tersebut adalah untuk
menentukan secara logis atau objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau
tidak sehingga dapat dilaksanakan.
PROPORSI
Proposisi adalah
suatu ekspresi verbal dari keputusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran
sesuatu predikat terhadap suatu yang lain, yang dapat dinilai bener atau salah.
Jenis-jenis proposisi terbagimenjadi 4
bagian :
1. Proposisi berdasarkan Bentuk :
a. proposisi tunggal adalah proposisi
yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Unie menyayi
Ayah membaca koran
b. Proposisi majemuk adalah proposisi
yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat.
Contoh : Indra belajar bermain piano
dan menyayi di studio
2.Proposisi berdasarkan Sifat :
a. Proposisi Kategorial adalah
proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun
Contoh : Semua Perempuan di indonesia
akan mengalami Menstruasi
Setiap mengendarai mobil harus memakai
seftybeld
b. Proposisi kondisional adalah
proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat
tertentu.
Contoh : Jika yogi lulus UN maka saya
akan berikan hadiah
Jika saya lulus penelitian ilmiah maka
saya akan mengadakan syukuran
3. Proposisi berdasarkan kualitas:
a. proporsisi positif, yaitu
proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh : Semua gajah berbadan besar
Semua ilmuwan adalah orang pandai
b. proporsisi negatif, yaitu
proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh : Tidak ada wanita yang
berjenggot
Tidak ada binatang yang bisa bicara
4. proporsisi berdasarkan kuantitas:
a. proporsisi universal, yaitu
proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh : Semua warga Indonesia
mememiliki KTP
Semua masyarakat mematuhi peratura
lalulintas
b. proporsisi spesifik / khusus, yaitu
proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek.
Contoh : Tidak semua murid patuh
kepada gurunya.
INFERENSI
Inferensi adalah membuat simpulan
berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu
dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna
tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan).
Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas
dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
IMPLIKASI
Pada dasarnya
implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas
temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu
yang telah tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri,
implikasi bisa di lihat.
Implikasi memiliki
tujuan untuk membandingkan suatu hasil penelitian antara yang lalu dengan yang
baru saja dilakukan. Adapun macam-macam implikasi seperti :
a. Implikasi
teoristis
Dalam bagian ini
seorang peneliti menyajikan berbagai gambar secara lengkap mengenai implikasi
teoretikal dari penelitian tersebut. Tujuannya untuk meyakinkan para penguji
terhadap kontribusi ilmu pengetahuan maupun teori yang dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah penelitian.
b. Implikasi manjerial
Bagian ini seorang
peneliti menyajikan implikasi mengenai kebijakan-kebijakan yang bisa dikaitkan
dengan berbagai temuan yang di dapatkan dari penelitian tersebut. Implikasi
manajerial dapat memberikan suatu kontribusi yang praktis untuk manajemen.
c. Implikasi metodologi
Bagian ini
cenderung bersifat operasional serta mampu menyajikan refleksi penulis tentang
metodologi yang hendak digunakan di dalam penelitian yang dilakukan. Contohnya
bagian ini bisa disajikan berupa penjelasan mengenai bagian dari metode
penelitian mana yang sudah dilakukan dengan baik, bagian mana yang cenderung
sulit, dan juga prosedur mana yang sudah dikembangkan untuk memecahkan berbagai
masalah ataupun kesulitan yang sebenarnya belum tergambarkan pada literatur
mengenai metode penelitian. Sebuah penelitian bisa menyajikan
pendekatan-pendekatan yang dapat dipergunakan di dalam sebuah penelitian
lanjutan maupun penelitian yang lainnya guna mempermudah atau meningkatkan mutu
dari penelitian itu sendiri.
2. Wujud- wujud Evidensi
2. Wujud- wujud Evidensi
EVIDENSI
Unsur yang paling
penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya
sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi,
seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia
mengganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami
sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.
Dalam wujudnya
yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud
dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu
sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
informasi (bahan keterangan).
3. Cara Menguji Data, Fakta dan Cara menilai Autoritas
3. Cara Menguji Data, Fakta dan Cara menilai Autoritas
CARA MENGUJI DATA
Ditujukan supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan
informasi itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupakan cara untuk pengujian
data. Antara lain :
A. Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
B. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
C. Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
A. Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
B. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
C. Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.
A. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan.
B. Koharensi
Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalah koharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
CARA MENILAI AUTORITAS
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut:
A. Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
B. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.
C. Kemashuran dan Presite
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
D. Khorensi dengan Kemajuan
Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Sumber :
http://idhoidhoy.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-contoh-cara-menguji-data.html
http://ratihseptiaryani.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-contoh-dari-proposisi.html
http://lullymemangiseng.blogspot.com/2013/03/pengertian-penalaran-deduktif-dan.html
http://nicokani.blogspot.com/2012/03/definisi-penalaran.html